Selasa, 19 Mei 2009

ISU DAN PERMASALAHAN DAERAH PERBATASAN

  1. Ketertinggalan ekonomi kawasan perbatasan Kalimantan Timur, khususnya wilayah kecamatan sebatik, yang terletak di wilayah utara Perbatasan darat Kalimantan Timur dengan wilayah Sabah Malaysia menyebabkan tingginya tingkat kesenjangan wilayah bila dibandingkan dengan kawasan perbatasan negara tetangga.

Perekonomian kawasan Utara perbatasan Kalimantan Timur mengalami ketertinggalan dibandingkan dengan kawasan perbatasan negara tetangga (Sabah dan Sarawak), sehingga menyebabkan tingginya tingkat kesenjangan pembangunan antara wilayah ini dengan kawasan perbatasan negara tetangga tersebut. Penyebab ketertinggalan ini adalah tingkat perhatian pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang kurang terhadap kawasan perbatasan ini. Kebijakan pembangunan selama ini masih menganggap kawasan perbatasan khususnya perbatasan Kalimantan Timur sebagai kawasan ”belakang” dan bukan ”halaman depan” Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai akibatnya, pembangunan di kawasan perbatasan Kalimantan Timur ini kurang mendapat prioritas di dalam perencanaan pembangunan.

Jika dibandingkan dengan kawasan perbatasan negara tetangga Malaysia, maka terlihat sekali adanya ketimpangan ekonomi yang luar biasa. Kawasan perbatasan Kalimantan Timur yang kaya akan SDA seharusnya merupakan kawasan yang maju dan sejahtera, namun kenyataannya menjadi sangat tertinggal. Padahal jika dicermati, terjadi aktivitas ekonomi yang cukup tinggi khususnya yang terkait dengan hutan dan kayu. Tetapi karena proses produksinya tidak terjadi di daerah tsb, daerah ini hanya mendapatkan nilai tambah yang kecil. Sementara negara tetangga Malaysia yang memiliki uang dan teknologi walaupun minus sumberdaya alam mampu menarik nilai tambah yang besar, sehingga ketertinggalan pembangunan terutama pembangunan ekonomi terlihat sangat kontras bila dibandingkan dengan kawasan perbatasan di Negara Malaysia, sebagai contoh daerah Sabah.

2. Terbatasnya sarana dan prasarana dasar serta transportasi dan telekomunikasi yang menyebabkan wilayah ini memiliki aksesibilitas yang rendah dan terisolasi dari wilayah sekitarnya.

Terbatasnya infrastruktur seperti sarana dan prasarana dasar seperti sarana dan prasarana permukiman, jaringan air bersih, jaringan drainase, sarana dan prasarana transportasi, telekomunikasi, dan lainnya menyebabkan wilayah ini memiliki aksesibilitas yang rendah dan terisolasi dari wilayah sekitarnya. Bila dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia, maka kesenjangan infrastrukturnya semakin jelas. Di Malaysia aksesibilitas telah cukup baik, dimana jalan sudah di hot mix hingga ke desa-desa di kawasan perbatasan Malaysia. Fasilitas sosial dan umum untuk tingkat desa dan kecamatan yang lebih baik, dengan investasi infrastruktur perkapita yang lebih baik serta fasilitas transportasi dan telekomunikasi yang jauh lebih baik. Berbagai kendala infrastruktur wilayah ini, menyebabkan kebutuhan biaya yang sangat mahal untuk mendatangi wilayah perbatasan tersebut. Jika hal ini dibiarkan akan lebih menambah kesenjangan dan ketertinggalan ekonomi wilayah ini.

3. Degradasi sumberdaya alam yang berdampak pada kerusakan ekosistem alam dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Degradasi sumberdaya alam merupakan dampak negatif kegiatan pembangunan pada periode yang lalu. Degradasi tersebut sebagaimana telah umum diketahui, banyak terjadi pada kawasan hutan di Kalimantan Timur, yang sebagian besar berada di kawasan perbatasan. Kerusakan hutan ini lebih diakibatkan pembakaran dan penebangan hutan oleh HPH tanpa diikuti dengan kegiatan reboisasi. Degradasi sumberdaya alam ini bila tidak diberikan perhatian yang serius akan berdampak pada kerusakan ekosistem alam seperti hilangnya paru-paru dunia akibat ditebangya pohon-pohon di hutan perbatasan Kalimantan, hilangnya keanekaragaman hayati seperti hewan-hewan dan tumbuhan langka dan potensi hilangnya sumber pendapatan daerah untuk anak dan cucu penduduk di wilayah ini pada masa yang akan datang.

4. Lunturnya rasa nasionalisme dan rendahnya kesadaran politik masyarakat akibat sulitnya jangkauan pembinaan dan adanya peluang ekonomi di Malaysia.

Adanya fenomena lunturnya rasa nasionalisme dan rendahnya kesadaran politik di wilayah perbatasan Kalimantan Timur ini, lebih disebabkan perlakukan pemerintah yang tidak adil selama ini, sulitnya jangkauan pembinaan oleh pemerintah dan adanya peluang ekonomi di Malaysia. Umumnya penduduk di kawasan perbatasan Kalimantan terdiri dari berbagai etnis. Heterogenitas etnis disertai kesenjangan ekonomi dan sosial sering menimbukan kecemburuan sosial yang jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan konflik. Lebih parahnya Permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini tidak teratasi karena masyarakat perbatasan masih banyak yang tidak mengetahui bagaimana menyalurkan keluhan mereka kepada pemerintah. Masyarakat, terutama suku terasing lebih suka menghindar ke pedalaman manakala wilayah mereka terdegradasi. Kesenjangan akibat selisih kurs valuta, sarana dan prasarana darat, laut dan udara; sarana komunikasi dan informasi dengan Malaysia, juga mengurangi tingkat rasa nasionalisme dan kesadaran politik masyarakat perbatasan, sehingga orientasi mereka dalam aspek ekonomi dan perdagangan lebih condong ke Pemerintah Negara Malaysia daripada ke Pemerintah RI. Kecenderungan masyarakat di daerah perbatasan yang lebih berorientasi ke Sabah dan Serawak baik dalam perdagangan, mata uang yang digunakan dan juga informasi yang mereka terima.

  1. Terancam dan berkurangnya batas wilayah RI di kawasan perbatasan Kalimantan Timur.

Permasalahan berkurangnya wilayah negara Indonesia secara administratif, berpotensi terjadi di kawasan perbatasan, misalnya dengan adanya pemindahan patok perbatasan dan pengambilalihan pulau kecil oleh negara tetangga. Patok-patok perbatasan banyak yang hilang dan berpindah tempat sehingga menyulitkan dalam penentuan garis perbatasan. Sebagai akibatnya Pemerintah RI sering dirugikan, karena wilayah RI yang semakin berkurang. Selain itu permasalahan dan perbedaan pandangan dalam menentukan pengaturan luas kawasan perbatasan antara Pemerintah RI dan Pemerintah Malaysia seperti Sungai Sinapad, Sungai Simantipal, Pulau Sebatik ataupun pengambilalihan pulau-pulau tertentu oleh Negara Malaysia seperti Pulau Sepadan dan Ligitan.

6. Rendahnya tingkat kesadaran hukum dan terbatasnya pos-pos perbatasan menyebabkan pelanggaran lintas batas dan tindakan kriminal lainnya (illegal logging)

Rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman terhadap hukum dan perundangan yang berlaku, kurangnya fasilitas pendukung pertahanan dan keamanan, dan kurang tegasnya pelaksanaan hukum dan perundangan tersebut menyebabkan jumlah pelanggar lintas batas dan tindakan kriminal lainnya semakin meningkat di kawasan perbatasan Kalimantan termasuk kegiatan illegal logging.

Ditambah lagi jumlah pos perbatasan yang sangat kecil dan jumlah aparat yang tidak sebanding dengan panjangnya garis perbatasan serta masih lemahnya koordinasi antar instansi di kawasan perbatasan (TNI, Polri, Bea Cukai, Imigrasi, dll) menimbulkan kesulitan pengawasan terhadap pelintas batas ilegal, illegal trading, dan kegiatan illegal logging.

7. Globalisasi Ekonomi dan perdagangan bebas menyebabkan produk-produk kawasan perbatasan tidak mampu bersaing dengan produk-produk wilayah lainnya.

Seperti diketahui, bahwa kawasan perbatasan Kalimantan merupakan daerah yang belum berkembang terutama kegiatan ekonomi yang melibatkan masyarakat setempat. Hal ini selain disebabkan produknya yang memiliki daya saing yang rendah juga dukungan sarana dan prasarana yang sangat terbatas, yang mengakibatkan sulitnya pemasaran produk-produk yang dihasilkan wilayah ini. Bila globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas telah diberlakukan, dan tidak ada lagi proteksi untuk produk-produk masyarakat perbatasan Kalimantan, akan menjadi sebuah masalah yang perlu dipikirkan.

8. Tingkat kesehatan, pendidikan dan ketrampilan penduduk di kawasan perbatasan umumnya masih rendah.

Kualitas sumberdaya manusia di kawasan perbatasan Kalimantan masih rendah dilihat dari tingkat kesehatan, pendidikan maupun ketrampilan masyarakatnya. Masih kurangnya sarana kesehatan, dokter serta tenaga medis untuk melayani masyarakat di kawasan perbatasan; tingkat pendidikan dan ketrampilan penduduk di kawasan perbatasan yang umumnya masih rendah yakni 70,90 % penduduk usia kerja hanya berpendidikan SD serta tingkat pendidikan penduduk yang rendah tersebut menggambarkan realitas yang terjadi di kawasan ini.

GAMBARAN UMUM KECAMATN SEBATIK

Kecamatan Sebatik adalah kecamatan paling timur dari Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Timur. Pulau Sebatik menjadi kecamatan pada tanggal 11 Juni 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kecamatan-Kecamatan di Wilayah Kabupaten dalam Propinsi Kalimantan Timur. Pulau Sebatik terbagi menjadi dua bagian, sebelah Utara masuk wilayah Sabah, Malaysia dan sebelah Selatan masuk wilayah Indonesia.

Geografis Kecamatan Sebatik

Secara Geografis Kecamatan Sebatik dibatasi

- Sebelah utara garis lintang 4o 10’ 05” LU

- Sebelah Selatan garis lintang 4o 01’ 37” LU

- Sebelah Barat garis bujur 117° 41’ 05” BT

- Sebelah Timur garis bujur 117o 55’ 56” BT

Administratif Kecamatan Sebatik

Secara Administratif Kecamatan Sebatik berbatasan dengan

- Sebelah Utara Negara Bagian Sabah, Malaysia Timur;

- Sebelah Timur Selat Sulawesi;

- Sebelah Selatan Selat Sebatik

- Sebelah Barat Kecamatan Nunukan

Luas Kecamatan Sebatik

Luas wilayah Kecamatan Sebatik adalah 24,371 ha (Draf tata Ruang Kabupaten Nunukan), sedangkan luas dari hasil pengukuran poligon area (GIS) peta skala 1 : 50.000 (dari citra Landsat 7 ETM+ tanggal 7 Maret 2003 penelitian ini) dengan batas administratif yang baru 24.346 Ha, meliputi enam Desa swasembada, yaitu :

Desa Tanjung Karang 2.086 Ha

Desa Sungai Pancang 3.556 Ha

Desa Sungai Nyamuk 6.843 Ha

Desa Tanjung Aru 2.183 Ha

Desa Setabu 4.698 Ha

Desa Liang Bunyu 4.980 Ha)

Pusat pemerintahan kecamatan berada di Desa Tanjung Karang yang terletak di sebelah Tenggara pulau, sedangkan kegiatan perekonomian terpusat di Desa Sungai Nyamuk. Desa Tanjung Karang, Pancang, Sungai Nyamuk, Tanjung Aru terletak di pantai Timur pulau, sedangkan Desa Setabu terletak di pantai Barat pulau. Untuk mempromosikan daerahnya kecamatan Sebatik membuat gambaran umum mengenai daerahnya dengan judul “Sekilas Kecamatan Sebatik”. Informasi tersebut sangat baik untuk pemandu bagi pendatang, untuk maksud survei maupun singgah sebagai turis.

Topografi dan Fisiografi Kecamatan Sebatik

Topografi sebagian besar wilayah Sebatik seperti halnya Pulau Nunukan mempunyai ketinggian antara 0-500 m dpl, di mana 10 % wilayah dengan ketinggian 0-50 m dpl, 75 % wilayah dengan ketinggian 50-150 m dpl, dan 15 % wilayah dengan ketinggian 150-500 m dpl. Ketinggian maksimum terdapat di pegunungan tengah Pulau Sebatik 500 m dpl.

Bentuk lahan Kecamatan Sebatik termasuk pulau dengan dataran pantai dengan lereng < style=""> dengan kelerengan 2-25 %, daerah perbukitan dan pegunungan tengah dengan kemiringan lereng 25-40 %.

Bentuk lahan atau topografi Kecamatan Sebatik bervariasi terdiri atas daerah cekungan (daerah pasang surut, rawa-rawa, endapan pantai, laut), teras laut dan dataran, perbukitan, daerah bergelombang dan bergunung. Kondisi bentuk lahan diuraikan dalam delapan kelompok fisik/ fisiografi berikut.

1. Daerah endapan pasir pantai (beaches) – yaitu daerah berbukit pasir di pesisir pantai dengan bentuk wilayah datar, kemiringan lereng 0 - 2 % dan perbedaan tinggi 2–10 m.

2. Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) – yaitu daerah dataran rendah di tepi pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan bakau dan nipah, kemiringan lereng 0 - 2 % dan perbedaan tinggi <2>

3. Daerah dataran aluvial (alluvial plain) – yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan di pantai/ muara sungai, kemiringan lereng 0- 2 % dan perbedaan tinggi 2-10 m.

4. Daerah rawa (swamp) – yaitu daerah dataran banjir yang selalu tergenang air, rawa gambut yang dangkal, rawa gambut dalam dengan permukaan yang lengkung atau dataran banjir berawa di lembah yang sempit, dengan kemiringan lereng <>

5. Daerah teras laut (marine terrace) – yaitu daerah berteras yang masih dipengaruhi oleh air laut (marin), dengan kemiringan lereng 2 – 8 % dan perbedaan tinggi 2 – 10 m.

6. Daerah dataran (plain) – yaitu daerah dataran batuan endapan dan bukan endapan (2 - 8 %), dataran batuan beku (2 – 8 % ), dataran berbukit kecil (8 – 15 %), perbukitan punggung terjal dan sejajar, (15-25 %), bentuk wilayah berombak (25 – 30 %), bergelombang (30 – 40 %), dan perbedaan tinggi 2 – 50 m.

7. Daerah perbukitan (hill) – yaitu daerah dataran dengan batuan endapan dan bukan endapan (15 – 25 %), kelompok punggung batuan metamorfik dengan lereng curam (> 40 %), dan cuesta-cuesta batu pasir dengan arah lereng kurang curam (15 – 25 %), perbedaan tinggi 50 – 300 m.

8. Daerah pegunungan (mountain) – yaitu daerah gunung batuan endapan yang tidak teratur (25 – 30 %), gunung batu pasir dengan lereng tertoreh (30 – 40 %) , punggung gunung batuan bukan endapan tidak teratur(>40 %), dan beda tinggi > 300 m

Geologi Kecamatan Sebatik

Kondisi geologi atau jenis batuan di Kecamatan Sebatik seperti halnya di kecamatan Nunukan dalam penelitian ini merupakan salah satu data pokok yang digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan. Jenis batuan dapat digunakan dalam analisis wilayah atau pulau untuk mendeteksi karakteristik dan daya dukung batuan, patahan dan sesar, resapan air, ketersediaan air dan kandungan mineralnya. Jenis batuan dalam penelitian ini disarikan dari peta RePPProt 1987, untuk parameter geologi dalam membangun basis data spasial.

Jenis batuan yang terdapat di kecamatan Sebatik atau Pulau Sebatik berumur Quatenary, Pliocene, Miosen hingga Oligocene. Jenis batuan wilayah Kecamatan Nunukan dan Sebatik dapat dibedakan dalam lima formasi batuan / jenis batuan sebagai berikut :

1. Aluvial (Qa) dengan litologi sedimen, yang berupa endapan alluvial dan rawa berumur resent (quatenary) terdiri dari lempung, lempung pasiran dan pasir lempung berwarna coklat kemerahan, plastisitas tinggi, lunak. Lempung pasir berwarna coklat muda, plastisitas rendah dan tingkat kekerasan lunak hingga stiff. Batu pasir berwarna putih keabu-abuan, berbutir halus-sedang seragam, bentuk butir menyudut tanggung–keras. Komposisi satuan batu lempung/ lumpur, pasir, kerakal, bahan tumbuhan dengan perbandingan yang tidak selaras, di atasi batuan dasar yang terlapuk. Pengisian rawa dari bahan tumbuhan dan holosen pasir fluvial berumur pliosen dari batuan granitik. Terdapat di pantai timur dan barat Pulau Sebatik.

2. Formasi Sajau (TQps) berupa endapan litoral lumpur, pasir, kerakal, setempat gampingan, dan bahan tumbuhan. Komposisi hubungan setara dengan pengisian rawa holosen. Terletak pada punggungan pantai atau terras pantai, berumur mulai Trias hingga kwarter (Quatenary). Terletak di belakang jenis batuan alluvial di Pulau Sebatik.

3. Batuan terobosan retas dan sumbat diorit (Qpi), kuarsa (setempat), menerobos formasi Sajau (TQps) dan Formasi Tabul (Tmt). Formasi batu berpasir sebanding dengan terobosan yang ada di Serawak. Sumbat dan rentas yang terdapat di Pulau Sebatik hanya satu tempat di bagian pantai barat, berumur kwarter (Quatenary).

4. Formasi Tabul (Tmt) serpih batu lanau, karbonan dan gampingan berwarna kelabu muda berbutir halus hingga kasar. Formasi tidak selaras berumur miosen (Miocene Undifferentiated) terletak di perbukitan rendah di belakang formasi Sajau.

5. Formasi Meliat (Tmm) terletak di Nunukan daratan pada perbukitan kasar tertoreh yang berbatasan dengan Malaysia. Batuan lumpur kerakal berumur Oligocene, gabro berlapis dan pejal, kemiringan curam komposisi tidak selaras. Sentuhan tektonik mengakibatkan sesar/ patahanan memanjang di tengah Pulau Sebatik dengan arah barat laut-tenggara. Sesar/ patahan memotong mulai dari Formasi Meliat (Tmm) dan Formasi Tabul dari Tengah Pulau Sebatik (Malaysia) hingga pantai tenggara Pulau Sebatik (Indonesia).

Geomorfologi dan Sistem Lahan Kec. Sebatik

Geomorfologi Kecamatan Sebatik diungkapkan dalam suatu sistem lahan yang tergabung dalam peta sistem lahan Kecamatan Nunukan dan Sebatik. Wilayah Kecamatan Sebatik berdasarkan geomorfologi genesis untuk terjadinya akibat gerakan tektonik (morphotectonic depression) yang mengakibatkan terangkatnya batuandidasar laut ke atas permukaan air. Pulau Sebatik merupakan suatu pengangkatan (up of Depression) dari jalur pengangkatan proses morfologi tektonik (morphotectonic depression). Kondisi geomorfologi dapat dibedakan atas :

1. Dataran batuan endapan berbukit kecil (TWH), di kecamatan Sebatik menempati posisi luas, tersebar di perbukitan tengah hingga pantai selatan Pulau Sebatik dengan kelerengan 8- 15 % dan pada ketinggian 0-100 meter dpl.

2. Kelopmpok pegunungan punggung panjang (MTL) dari batuan endapan dengan arah lereng terjal (25-30 %). Sistem lahan ini terdapat di daerah pegunungan tengah Pulau Sebatik, yang sebagian besar masuk di Desa Setabu, sebagian masuk Desa Sungai Nyamuk, dan Bambangan.

3. Pegunungan batuan endapan yang tidak teratur (PHD). Sistem lahan hanya sedikit di pegunungan perbatasabn dengan malaysia di bagian barat Pulau Sebatik.

4. Dataran berombak dan bergelombang (LWW). Sistem lahan ini menempati daerah perbukitan ditengah batuan endapan TWH. Sistem lahan ini terletak di sekitar Kelurahan/ Desa Sungai Nyamuk dan Tanjung karang.

5. Perbukitan batuan bukan endapan (MPT) yang tidak semitris dan tidak teratur. Sistem lahan hanya sedikit di perbukitan Gunung Batu bagian barat dari Pulau Sebatik.

6. Teras Laut (PST) menempati pantai bagian barat dan tenggara Pulau Sebatik.

7. Dataran Lumpur daerah pasang surut di bawah bakau dan nipah (KJP), terdapat di bagian barat daya Pulau Sebatik, terpotong-potong oleh formasi batuan endapan TWH dan KHY

8. Dataran Pantai dan sungai yang tergabung (KHY) terdapat di Pulau Sebatik bagian timur dan tenggara. Bentang alam ini merupakan punggungan pantai yang berasosiasi dengan rawa-rawa. Dataran pantai ini di Pulau Sebatik digunakan untuk darah pesawahan dan tambak.

Fasilitas di Kecamatan Sebatik

Fasilitas-fasilitas di Kecamatan Sebatik adalah :

1. Fasilitas Kesehatan : Puskesmas (2 buah), Puskesmas Pembantu (4 buah), Polindes (2 buah), Posyandu (28 buah), Dokter (4 orang), Bidan (6 orang), dan Paramedis (6 orang).

2. Fasilitas Pendidikan : Sekolah Dasar (13 buah), Sekolah Menengah Pertama (2 buah), Sekolah Menengah Umum (1 buah), dan Guru SD (75 orang).

3. Fasilitas Peribadatan : Masjid (25 buah) .

4. Fasilitas Transportasi : Pelabuhan Penyeberangan (2 buah), Kendaraan Roda Empat (103 buah), dan Kendaraan Roda Dua (704 buah).

5. Fasilitas Telekomunikasi : Kantor Pos Pembantu (1 buah), Stasiun Transmisi TVRI (1 buah), dan Warung Telekomunikasi (5 buah).

6. Fasilitas Perekonomian : Bank (2 buah), Pasar (6 buah), Supermaket (1b buah), Toko/Kios (260 buah), Warung Makan (20 buah), Hotel/Penginapan (5 buah), KUD (2 buah), dan Non KUD (2 buah).

7. Prasarana dasar yang telah ada di Pulau Sebatik antara lain : listrik yang dikelola oleh PT PLN (Persero), namun jangkauan pelayanannya masih terbatas di Desa Pancang, Sungai Nyamuk, dan Tanjung Aru. Pada lokasi desa lainnya meskipun telah dilakukan pemasangan jaringan listrik SUTM namun belum ada aliran listriknya. Kebutuhan air bersih penduduk di Desa Sungai Nyamuk dilayani oleh PDAM, sedangkan di desa-desa lainnya kebutuhan air bersihnya berasal dari air sumur, sungai maupun air hujan.

8. Instansi pemerintah yang ada di Kecamatan Sebatik adalah Kepolisian Sektor (Polsek) Sungai Nyamuk, Komando Rayon Militer (Koramil) Pancang, dan Pos TNI Angkatan Laut di Desa Pancang. Selain itu, juga ada Kantor Bea dan Cukai, Pos Imigrasi Pancang, Kantor Syahbandar, Pos Dispenda Tingkat I, UPT Dispenda Tingkat II, PPLKB dan PKB, PPL Pertanian Tanaman Pangan, Kantor UPP Perkebunan Coklat, Kantor Pangkalan Pendaratan Ikan, Kantor Karantina Tumbuhan Sebatik.

Kependudukan kecamatan Sebatik

Jumlah penduduk Kecamatan Sebatik tahun 2002 sebanyak 22.784 jiwa dengan Kepala Keluarga sebanyak 4.651 KK dan kepadatan 27,75 jiwa/ km, yang tersebar di lima desa, yaitu Desa Tanjung karang 2.615 jiwa, Desa Pancang 6.383 jiwa, Desa Sungai Nyamuk 5.466 jiwa, Desa Tanjung Aru 4.158 jiwa, Desa Setabu 4.165 jiwa (Sekilas Sebatik, 2003).

Perekonomian masyarakat Sebatik bertumpu pada sektor pertanian dengan luas sawah 1.282 Ha; sektor perkebunan (kakao 9.262 Ha, kelapa 535 Ha, kopi 204 Ha, cengkeh 14,5 ha, lada 12 Ha); Perikanan 1.800 orang sebagai nelayan tradisional); sektor Jasa (bank 2, supermaket 1, pasar 6, pertokoan 260, hotel 5, rumah makan 20, wartel 5, jasa angkut laut 2)

Penduduk asli Pulau Sebatik adalah suku Tidung, yang sebagian besar bermukim di pantai Barat pulau, antara lain di Bambangan, Liang Bunyu, Setabu, dan Mantikas, yang semuanya masuk wilayah Desa Setabu. Mata pencaharian penduduk Suku Tidung sebagian besar sebagai nelayan. Sedangkan di wilayah pantai Timur, dimana terdapat empat desa lainnya, mayoritas penduduknya berasal dari suku Bugis. Kegiatan penduduk suku Bugis antara lain sebagai nelayan dan petani, terutama budidaya kakao, padi sawah, dan kelapa, disamping usaha jasa perdagangan lainnya.

Wilayah Kecamatan Sebatik dapat dicapai dari Ibukota Kabupaten Nunukan hanya dapat melalui laut, dengan menggunakan perahu motor atau speed boat dengan lama perjalanan sekitar 20 menit dengan tujuan Bambangan atau perjalanan 1 jam dengan tujuan Sungai Nyamuk. Perjalanan dari Bambangan dilanjutkan dengan jalan darat menuju Desa Sungai Nyamuk dan melewati desa-desa lainnya menggunakan mobil angkutan umum jenis Kijang dengan waktu sekitar 1,5 jam. Kondisi jalan di Pulau Sebatik beraspal sepanjang 12 km dari Desa Pancang hingga Tanjung Karang. Jalan batu sepanjang 48 km terdapat di Desa Tanjung Karang dan Setabu; Jalan lainnya dengan kondisi jalan tanah sepanjang 47,7 km terdapat di lima desa. Jumlah jalan tanah sebagian besar terdapat di desa Setabu. Saat ini, sedang dibangun ruas jalan antara Kampung Bambangan dan Desa Pancang melalui Kampung Ajikuning, yang dapat mempersingkat waktu tempuh antara Bambangan – Sungai Nyamuk menjadi sekitar 20 menit, dari sebelumnya sekitar 1,5 jam. Ruas jalan ini melewati daerah sekitar perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.